Penyekeban, Penyajaan, Penampahan Galungan


patram pushpam phalam toyam
yo me bhaktya prayacchati
tad aham bhakty-upahrtam
asnami pryatatmanah
 Bhagawad Gita Bab IX: Sloka 26
Artinya adalah:
Meskipun seorang Bhakta hanya mempersembahkan Daun, Bunga, Buah dan Air yang  asalkan dilakukan dengan tulus iklhas, maka persembahan itu akan Aku terima

Om Swastiastu Om
Hari Raya Galungan yang jatuh pada hari Budha Kliwon Dungulan merupakan hari raya yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Hindhu di Indonesia. Hari raya ini jatuh setiap 210 hari sekali karena didasarkan atas pertemuan Panca Wara, Sapta Wara dan Wuku.
Rentetan untuk menyambut Galungan tersebut sudah dimulai 25 hari sebelumnya yaitu waktu kita merayakan hari Tumpek Pengatag. Di hari Tumpek Pengatag tersebut pemeluk Hindhu melakukan ritual penghormatan terhadap tumbuh-tumbuhan agar berbuah dan berbunga yang lebat untuk digunakan menyambut Galungan.
Prosesi selanjutnya kita dihadapkan dengan hari Penyekeban Galungan, Penyajaan Galungan dan Penampahan Galungan. Mari kita telaah satu persatu:

Penyekeban Galungan jatuh pada hari minggu (Redite Paing Dungulan), yang secara nyata biasanya diikuti dengan proses "nyekeb" buah-buahan, terutama pisang, agar bisa matang pas digunakan di hari raya Galungan. Kenapa yang diutamakan pisang?, karena secara filosofis pisang merupakan tumbuhan yang dinilai paling sedikit memiliki ego disebabkan meskipun dia beranak pinak dengan tunas tapi tetep saja memberikan buahnya bagi kerpeluan mahluk lain. Secara filosofi penyekeban Galungan bisa diartikan agar manusia mengecilkan ego perbuatannya sehingga bisa lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dilihat dari sudut ini bisa diartikan betapa penting arti dari penyekeban Galungan tersebut.

Penyajaan Galungan jatuh pada hari senin (Soma Pon Dungulan), merupakan waktu yang digunakan oleh masyarakat untuk membikin jajanan yang akan dipakai dalam bebantenan Galungan. Dalam sloka di kitab Yadnya Prakerti di sebutkan " Raka-raka pinaka widyadara-widyadari", ini mengacu kepada jajanan/buah-buahan hendaknya merupakan hasil dari jerih payah sendiri. Widyadara-widyadari mengacu kepada orang yang menguasai ilmu pengetahuan yang disimbolkan dengan membuat Jajanan sendiri untuk dipersembahkan dalam penyambutan Galungan. Oleh karena itu, alangkah pentingnya bila kita bisa membuat sendiri jajanan untuk Galungan, sudah tentu disesuaikan dengan kemampuan dan waktu kita. Secara filosofis bisa diartikan bahwa Penyajaan Galungan merupakan usaha untuk meghasilkan sesuatu ciptaan yang bersifat manis dan berguna bagi manusia. Ilmu pengetahuan yang bermoral merupakan efek yang diharapkan terjadi dengan perayaan Penyajaan Galungan ini. Bila ilmu pengetahuan tanpa moral, maka kehancuran dunia adalah taruhannya.



Penampahan Galungan jatuh pada hari Selasa (Anggara Wage Dungulan). Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat kita di Bali karena dirayakan dengan melakukan acara masak-memasak yang sangat meriah. Memotong babi sebagai acara utama merupakan hal yang lumrah dilakukan. Pada hari ini semua anggota masyarakat Hindhu akan berusaha sebaik-baiknya untuk menyiapkan hidangan yang akan disantap di hari Galungan keesokan harinya. Bila kita tinjau secara filosofis maka perayaan penampahan Galungan sebenarnya dititik beratkan dalam usaha untuk membasmi sifat hewani yang ada di dalam diri manusia, sehingga dalam perayaan Galungan keesokan harinya kita bisa terbebas dari sifat hewani tersebut. Babi merupakan simbol dari kemalasan, sehingga dengan memotong babi maka secara simbolis kemalasan dapat dihilangkan. Penampahan Galungan juga diikuti dengan acara natab byakala di sore hari untuk pembersihan diri. Saat ini arti filosofi dari penampahan Galungan secara perlahan-lahan sudah digantikan dengan arti harfiahnya yaitu pemotongan babi untuk persiapan Galungan. Ketidak mengertian ini bisa jadi akan menimbulkan efe samping yaitu diikuti dengan mabuk-mabukan dan lain sebagainya.

Dilihat dari segi filosofi ketiga rentetan Galungan tersebut sebenarnya adalah proses untuk penyucian diri agar dalam perayaan Galungan kita bener-bener merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma.

Bila arti filosofi tersebut dikesampingkan maka bukannya kebaikan yang kita dapat, tapi justru Adharma yang nanti merajalela di kehidupan masyarakat.

Berbagai prosesi yang mendahului hari raya Galungan merupakan suatu rangkaian yang sengaja dibuat oleh leluhur kita untuk menjadikan pemeluk Hindhu menjadi suci dan terjaganya keseimbangan Buana Agung dan Buana Alit.

Om Shanti, Shanyi, Shanti Om

Artikel LYAKBALI Lainnya :

0 comments:

Post a Comment

Scroll to top